J ika saat membeli bahan bahan pecah belah plastik, apakah kalian menyadari sebagian besar ada label "BPA Free", lalu apa sih BPA Free itu? BPA merupakan singkatan bisphenol A – yang merupakan zat kimia yang sudah digunakan secara luas sejak tahun 1950-an. Bahan ini digunakan dalam plastik polikarbonat dan resin epoxy. Plastik polikarbonat adalah bahan yang digunakan untuk plastik plastik wadah makanan, seperti stoples, botol minum, dan tempat makan. Sementara, resin epoxy adalah bahan yang digunakan sebagai pelapis kemasan kaleng yang berfungsi untuk mencegah permukaan kaleng berkarat. Jadi, BPA free adalah kemasan yang terbebas dari bisphenol A yang sering digunakan dalam bahan yang disebutkan tadi. BPA di dalam kemasan bisa terurai dan masuk ke dalam makanan yang tersimpan di dalam kemasan tersebut sehingga jika dikonsumsi akan masuk ke dalam tubuh manusia. Food and Drug Administration menyebutkan bahwa BPA aman jika masuk ke dalam tubuh dalam jumlah kecil. Akan t
Kampung Warna Warni Jodipan, Kampung 3D, Kampung Biru
Ketiga kampung yang berdekatan inilah yang menjadi alasan saya menunda lelah saya setelah dari Bromo. Yaaa, saya memutuskan untuk memisah dari rombongan trip menaiki bus menuju ke pusat kota Malang lagi sebelum meninggalkan Malang menuju Jogja pada malam harinya menggunakan kereta. Yaa...Lokasi ini memang tidak jauh dari stasiun baru kota Malang. Bahkan cukup berjalan kaki, kita bisa mencapai lokasi ini.
Saya memang sangat tertarik dengan kampung warna ini bahkan sudah masuk list saya saat dari rumah. Jika kita kembali ke beberapa waktu lalu sebelum lokasi ini diresmikan menjadi salah stau obyek wisata di Malang, lokasi ini adalah perkampungan kumuh dengan sanitasi terburuk yang terancam digusur. Kenapa tidak? perkampungan ini benar benar berada di bantaran aliran sungai. Segalanya dilakukan di tepian sungai. Penduduk masih ada yang belum memiliki kamar mandi, buang sampah di aliran sungai, rumah rumah yang sangat padat dan terlihat kumuh, serta kebutuhan air bersih yang tentunya belum sangat memadai. Lantas semua anggapan dan kenyataan itu mampu warga kampung ini hilangkan dan menjadikan kampung tersebut sebagai obyek wisata selain itu sanitasi dan pendapatan mereka pun menjadi lebih baik. Wahhh . . . .kasih tepuk tangan dulu yaaa. Jadi terharu dan benar benar kagum luar biasa deh.
Okee siap menjelajah???
Di sini kalau saya tidak salah, ada tiga nama kampung yang berwarna yaitu kampung warna warni jodipan, kampung 3D, dan kampung biru. Ketiganya berdekatan. Kalau kampung Jodipan dan kampung 3D dipisahkan dengan jembatan kaca dan aliran sungai. Kalau kampung biru itu berada di seberang jalan raya dari kedua kampung tersebut. Tapi saya kali ini menjelajah kampung warna warni jodipan dan 3D nya ajaaa, capekk brohh...
eitss...sebenarnya masih ada lagi, kampung putih namanya. Cuma jauh kalau jalan kaki dari tempat ini.
eitss...sebenarnya masih ada lagi, kampung putih namanya. Cuma jauh kalau jalan kaki dari tempat ini.
Saya menelusuri jalan raya dan memilih masuk melalui kampung warna warni Jodipan. Sebelumnya sempet ambil foto kampung biru dari pinggir jalan.
Nah, masuklah saya ke sebuah gang sekaligus pintu masuk kampung Jodipan. Pertama yang saya pikirkan adalah capek. Yaaa, gimana tidak kalau ternyata di kampung ini jalanannya naik dan turun alias banyak tangganya. Di pintu masuk, saya cukup membayar Rp 3.000 rupiah saja. Murah sekali, bukan? Itu pun dikembalikan ke saya lagi dalam bentuk stiker. Katanya sih uangnya untuk pemeliharaan seperti pembelian cat dan lain sebagainya.
Saya cukup kagum dengan desa yang seluruh bangunannya dicat warna warni layaknya pelangi. Perpaduan warnanya yang selaras pun benar benar membuatnya tampak keren sekali. Di tempat ini pula, para masyarakatnya memanfaatkan untuk membuka warung warung di depan rumahnya. Selain itu juga nampak terlihat seperti lapak baca, Kamar mandi / WC umum, tempat sampah, serta mushola, semua nampak sudah tertata dengan begitu rapi dan benar benar bersih. Yaaa..masyarakatnya juga begitu ramah ramah. Bagaimana tidak, menjadikan kampung di bantara sungai ini sebagai tempat wisata benar benar merubah perilaku masyarakat itu sendiri. Iya kan malu dengan wisatawan kalau tempatnya kotor dan bau. Tapi ini benar benar bersih, terawat, rapi, dan indah.
Papan informasi mengenai tahapan tahapan menjadikan kampung Jodipan menjadi kampung wisata
Nah setelah mutar mutar di kampung Jodipan yang penuh tangga sampai nyasar, hehe... Fokus saya tertuju kepada sebuah jembatan kecil di atas aliran sungai menuju ke desa seberang sungai yang masih berwarna warni. Katanya sih jembatan kaca pertama di Indonesia. Yaa, jembatan ini menghubungkan kampung Jodipan dengan kampung 3D. Akhirnya pun saya memutuskan untuk melewati jembatan tersebut ke kampung 3D.
Untuk masuk ke kampung 3D, kita harus membayar tiket lagi sebesar Rp 3.000 rupiah. Alasannya sama yaitu untuk pemeliharaan dan karena sudah beda kampung. Tapi kita bakalan dikasih gantungan kunci dari kain flanel yang tertuliskan kampung 3D. Wahh...bisa buat kenang kenangan kan. Oh ya, beberapa warga di sini pun sudah mengikuti beberapa pelatihan terkait usaha dan kerajinan oleh pemerintah. So, kita bisa membeli beberapa souvernir dan oleh oleh buatan dari warga sini untuk dibawa pulang.
Kampung 3D hampir sama dengan kampung Jodipan. Hanya saja kalau saya tidak salah, di kampung ini lebih banyak gambar gambar atau lukisan lukisan 3D dibanding dengan kampung Jodipan yang hanya memainkan warna saja. Jujur, kalau kerapihan dan kebersihan saya lihat masih oke di kampung Jodipan.
saya agak iri sama yang di belakang
Buat teman teman yang ke Malang, jangan lupa mampir yaaa . . . .
wih keren ya gan, warna warni
BalasHapus