J ika saat membeli bahan bahan pecah belah plastik, apakah kalian menyadari sebagian besar ada label "BPA Free", lalu apa sih BPA Free itu? BPA merupakan singkatan bisphenol A – yang merupakan zat kimia yang sudah digunakan secara luas sejak tahun 1950-an. Bahan ini digunakan dalam plastik polikarbonat dan resin epoxy. Plastik polikarbonat adalah bahan yang digunakan untuk plastik plastik wadah makanan, seperti stoples, botol minum, dan tempat makan. Sementara, resin epoxy adalah bahan yang digunakan sebagai pelapis kemasan kaleng yang berfungsi untuk mencegah permukaan kaleng berkarat. Jadi, BPA free adalah kemasan yang terbebas dari bisphenol A yang sering digunakan dalam bahan yang disebutkan tadi. BPA di dalam kemasan bisa terurai dan masuk ke dalam makanan yang tersimpan di dalam kemasan tersebut sehingga jika dikonsumsi akan masuk ke dalam tubuh manusia. Food and Drug Administration menyebutkan bahwa BPA aman jika masuk ke dalam tubuh dalam jumlah kecil. Akan t
Lampung, 30 Desember 2017
" Deru deburan ombak menghantam karang di pinggiran pantai.
Hijaunya perbukitan menambah keelokan mata memandang. Berbagai binatang
bersembunyi berlomba turut menciptakan simfoni alam . . .
Gigi hiu, keindahannya bagaikan surga tersembunyi di provinsi Lampung.
Pantai batu layar atau Pantai Pegadungan, begitulah masyarakat setempat sering
menyebutnya walau sudah terlanjur terkenal dengan sebutan
pantai Gigi Hiu. Kenapa kok dinamakan Gigi Hiu? Karena bentuk karang karangnya
di tepian pantai yang tajam tajam menjulang keatas bak Gigi Hiu. Kalau
dinamakan Batu Layar karena batu karang karang tersebut bak layar di pinggiran
pantai. Sedangkan dinamakan Pantai Pegadungan, karena Pantai ini terletak di
Desa Pegadungan, kecamatan Kelumbayan, kabupaten Tanggamus, Lampung.
Perjalanan kali ini saya mulai dari titik pusat kota Bandar
Lampung. Saya berangkat pukul 9 dari kota Metro karena memang saya tinggal di
kota tersebut. Saya menemui seorang teman di Bandar Lampung yang katanya siap
untuk menemani saya. Jarak dari Terminal Rajabasa Bandar Lampung ke Gigi Hiu
sekitar 85 km dengan waktu tempuh hampir 3 jam menurut Google map. Jika anda
dari luar Lampung menggunakan alat transportasi umum baik itu damri ataupun
mutus dengan bus/kereta, ferry, kemudian di lanjut bus lagi hingga sampai
terminal atau perum damri Rajabasa, anda harus menyewa mobil atau motor untuk
menuju ke tempat wisata ini. Pasalnya, tidak ada transportasi umum yang
melewati tempat wisata ini. Bagi anda yang dari arah Palembang dengan
menggunakan travel ataupun kereta, anda juga harus menyewa kendaraan. Jika
anda yang dari Raden Inten Airport, anda harus naik bus, taxi atau ojek online untuk sampai di Bandar Lampung dan meneruskan dengan rental mobil/motor ke Gigi Hiu. Syukur syukur ada teman di Lampung yang siap untuk menjemput dan menghantarkan.
Saya dan teman saya mengendarai sepeda motor jenis
metik melintasi Teluk Betung Bandar Lampung dan menuju ke pinggiran
pantai kabupaten Pesawaran. Dari Bandar Lampung setelah saya menuju ke arah
Teluk Betung, saya ikuti petunjuk jalan yang menuju Lempasir/Padang Cermin.
Tenang, petunjuk jalan terpampang jelas di pinggir jalan. Selain itu tidak
perlu khawatir karena Google map masih bisa berjalan di tempat ini. Di
pinggiran pantai dari perbatasan Bandar Lampung dan kabupaten Pesawaran dan
sepanjang mata memandang saya disugukan hamparan pantai dan perbukitan
yang begitu mempesona. Banyak pantai pantai yang menarik selama perjalanan
menuju Gigi Hiu, seperti Pantai Mutun, Sari Ringgung, Dwi Mandapa, Pulau
Pahawang, Klara, Marines Eco Park, dan Teluk Kiluan.
Dari tugu Gajah atau tugu Adipura, ambil
lah yang kearah Teluk Betung Bandar Lampung. Dari Jalan Raden Intan ke Jalan
Diponogoro atau lurus saja, ikuti jalan yang lurus hingga sampai ke Teluk Betung.
Setelah sampai Teluk Betung, gunakan map. Kalau tidak tolong hati hati melihat petunjuk jalan. Ikuti yang kearah Lempasir/Padang Cermin. Banyak belokan yang tidak ada petunjukknya. Tanyalah warga kalau kira kira tidak yakin. Kalau saya amati, rute untuk ke pantai sangat banyak yang melalui. Saya ikuti rute yang ramai setelah melewati Teluk Betung.
Jalur itu akan membawa ke sepanjang area pantai. Tapi jangan senang dulu, karena perjalanan baru dimulai. masih ada 2,5 jam untuk bisa sampai di tujuan. Mampir ke beberapa pantai mungkin bisa menyenangkan, tapi tolong untuk mempertimbangkan waktu. Lebih baik pulangnya saja jika masih ada sisa waktu sebelum malam hari.

Tapi nampaknya saya sangat tidak beruntung
saat perjalanan kali ini. Hujan lebat memenjarakan saya seketika dan membuat
saya berhenti di beberapa titik. Bagi anda yang hendak datang kemari, lebih
baik datang saat musim kemarau saja. Kalau menggunakan mobil mungkin tidak jadi
masalah, hanya saja akses jalan menuju tempat ini yang masih dikatakan
sedikit sulit. Anda akan menemui beberapa kubangan besar berisi air di jalanan.
Dari hasil searching dari beberapa situ web teman teman yang pernah kemari, mereka mengatakan bahwa akeses menuju tempat ini ada 2 akses yaitu Bandar
yaitu melalui Padang Cermin dan Punduh Pidada, memang benar. Setelah anda
melewati pantai klara (Kelapa Rapat) ada masih harus berjalan jauh lagi
melewati markas marinir dan bertemu pertigaan jalan dengan plang petunjuk ke kiri ke Punduh Pidada dan ke kanana ke Padang Cermin.
Dari tempat ini berkendaralah lurus lagi karena masih jauh dari pertigaan. Maaf pertigaannya saya lupa foto.
Dua rute ini bisa kita lalui. Kalau
rute tercepat adalah Punduh Pidada. Dulu memang akses jalannya begitu sulit
dari sini, namun sekarang sudah banyak perbaikan jalan setelah mulai
tereksposnya lumba lumba di Teluk Kiluan. Jalan jalan mulai di aspal dan
dibeton walau ada sedikit yang masih rusak di beberapa titik. Banyak motor dan
mobil yang melintasi jalur ini, apalagi di hari hari libur. Tapi saya
memutuskan untuk pulangnya saja melalui jalan tersebut.
Rute yang saya ambil melalui Padang
Cermin menuju ke Kelumbayan. Rute ini adalah rute jauh atau memutar. Kalau dari
Punduh Pidada anda akan bertemu Marine Eco Park dan Teluk Kiluan, maka jika
melalui rute ini mungkin anda bisa mampir ke Air Terjun Ciupang yang ada di
desa Sumber Jaya. Lagi lagi karena hujan dan waktu kurang, saya harus skip
menuju air terjun tersebut.. Namun yang perlu diingat kalau melalui wilayah ini
sinyalnya sedikit sulit. Google map pun tidak mengakses melalui rute
ini. Saya pun harus berhenti dan bertanya ke beberapa penduduk ketika
sampai di pertigaan jalan tanpa plang petunjuk jalan. Tenang saja, penduduk
sekitar sangat ramah dengan para wisatawan yang tertarik dengan daerahnya. Anda akan melalui perbukitan yang tidak seramai melalui punduh
pidada. Bahkan anda akan merasakan kalau cuma anda sendiri yang melintas jalan
kecil, perbukitan, dan sedikit berbatu tersebut. Namun jarang saya temukan
kubangan saat melalui rute ini. Selain itu, pemandangan perbukitan, persawahan,
dan pedesaan yang diberikan sangat menakjubkan. Jika anda memiliki jiwa
petualang, rute ini adalah yang bisa anda lalui. Tapi jika anda ingin akses
yang cepat dan ramai, jalur Punduh Pidada bisa menjadi alternatif utama anda.
Plang selamat datang di Tanggamus. Kalau sudah
sampai sini, selamat anda sudah melewati Padang Cermin dan memasuki wilayah
kabupaten Tanggamus. Tapi jangan mengharap kalau dari
tugu selamat datang ini sebentar lagi sampai. Karena sejauh mata memandang
hingga mungkin ada belasan atau puluhan kilometer, anda akan disugukan pemandangan perbukitan dan
pedesaan. Seperti yang saya katakan kalau rute ini adalah rute khusus petualang.
Anda tidak akan menemukan pantai sepanjang rute ini. Pantai baru akan terlihat saat memasuki wilayah Pegadungan. Di ujung pegadungan ini ada pantai pantai yang cantik dan masih alami. Beristirahatlah sejenak jika merasa lelah.
Dari ujung pantai batu batu layar ini, Gigi Hiu
masih harus saya tempuh kurang lebih 30 menit lagi. Wahh bagaimana dengan
bensin kendaraan? Saya memanfaatkan warung warung warga sepanjang perjalanan
untuk bisa memenuhi tangki motor. Perlu diperhatikan bensin anda, karena desa
yang besar atau ramai tidak melulu ketemu dan paling banyak yaa bukit bukit semua. Pom bensin terakhir saya rasa ada di Teluk Betung Bandar Lampung arah
pantai pantai tadi. Askes menuju Gigi Hiu dari tempat ini mulai tidak beraturan. Kadang
tanah, kadang batu batu kecil, kadang aspal, dan ada juga yang sudah di beton.
Kalau saya amati dari Teluk Kiluan ke Gigi Hiu juga akses jalannya seperti itu.
Cuma sepertinya sudah tidak ada yang tanah, semua sudah diberi kerikil bahkan
ada yang sudah dibeton (khususnya di area perbukitan).
Jalan setelahnya yang saya lalui. Jalan tanah tidak panjang, hanya
satu sampai dua kilometer saja. Untung tidak hujan yaaa ^_^
Setelah melewati perbukitan lagi dan memang ada sekitar 30 menit dari tempat tadi, saya melihat plang kecil dari kayu dengan tulisan bercat merah sebelah kanan jalan tertulis "Pantai Gigi Hiu". Nah sangat harus hati hati dengan plang kecil ini. Kadang sampai tidak terlihat oleh mata (Maaf saya tidak sempat untuk memfotonya). Kalau untuk kendaraan sepeda motor, anda bisa bersenang riang karena kendaraan anda bisa parkir sampai dalam area Gigi Hiu. Nah, kalau untuk kendaraan mobil, anda harus parkirkan kendaraan di depan jalan saja atau tempat parkir mobil yang sudah disedikaan pengelola/warga sana. Pengelola? iya, ada warga sana yang memulai mengelola tempat ini. Sehingga anda akan menemukan satu gubuk kecil yang menyediakan jasa parkir, minuman dan makanan ringan serta tiket masuk. Tiket? Iya, mungkin tidak seperti dulu saat hendak ke Gigi Hiu ini harus bersusah payah untuk mencari area dan loakasinya, sekarang warga setempat sudah mulai untuk mengelola. Baguslah, setidaknya kan lebih aman dan nyaman untuk wisatawan. Sayangnya sepertinya belum ada sentuh tangan dari pemerintah setempat. Tiket masuk sebesar Rp 10.000,- per orangnya. Untuk parkirnya, saya tidak dipungut biaya lagi.
Segala rasa lelah
saya terbayarkan dan hilang seketika saat saya berada di area pantai Gigi Hiu
ini. Keindahananya sangat menakjubkan. Deburan ombak menghantam bebatuan karang
bak Gigi Hiu tersebut. Rimbunnya pepohonan di balik bukit juga menambah
keindahan pantai ini. Pantas jika pantai ini disebut sebagai Surga Tersembunyi
di Provinsi Lampung.
Sepulang dari Gigi Hiu, saya ambil arah kanan untuk melalui rute
Punduh pidada. Saya melewati pintu gerbang Teluk Kiluan dan mampir sebentar ke
Teluk ini.
Bagi anda yang hendak sekalian ke Teluk Kiluan untuk berburu lumba
lumba sedangkan waktu sudah sore hari dan tidak memungkinkan untuk pulang, anda
bisa mencari penginapan disekitar sini. Namun saya hanya mampir dan lewat saja karena hujan mulai mengepung kembali dan kemudian melanjutkan perjalanan menuju ke Bandar Lampung. Jalan dari Punduh
Pidada ini sudah tidak begitu sulit seperti dulu. Bahkan saat ini sangat ramai
dilewati dari pada yang dari Padang Cermin, mungkin karena rute tercepat. Untuk
anda yang hendak kemari, silahkan pilih jalan yang menurut anda cocok untuk
anda dan Happy Travelling yaaaa . . . .
Terimakasih sudah membaca cerita saya sampai habis!
Salam Backpacker!
Gigi hiu, wisata lampung, cara ke gigi hiu, pantai gigi hiu, wisata populer lampung, wisata top lampung, wisata lampung menarik, wisata pantai lampung
Komentar
Posting Komentar